oleh: Muchyani
Di balik perjalanan hidup Rasulullah ﷺ, ada sosok perempuan sederhana yang cintanya tak lekang oleh waktu: Ummu Aiman, ibu tanpa darah yang setia menjaganya sejak kecil.
Nama aslinya adalah Barakah binti Tsa‘labah. Sejak kecil, Nabi Muhammad ﷺ telah kehilangan kasih sayang seorang ibu. Ketika Aminah wafat di Abwa, tinggallah Ummu Aiman yang menggendong Muhammad kecil menempuh perjalanan panjang menuju Makkah.
Bayangkan, seorang perempuan dengan tubuh lelah berjalan di tengah padang pasir yang panas menyengat, hanya untuk memastikan bocah yatim itu sampai dengan selamat. Mungkin orang lain akan menyerah, tetapi tidak dengan Ummu Aiman. Ia sadar, anak itu bukan anak biasa, ia adalah titipan Allah untuk dunia.
Nabi ﷺ tumbuh dewasa, menikah, hingga diangkat menjadi Rasul. Namun, di mata Ummu Aiman, beliau tetaplah “anaknya.” Ia mendampingi, melayani, dan mencintainya bukan karena darah, tetapi karena iman.
Rasulullah ﷺ bahkan pernah berkata kepada para sahabat: “Ummu Aiman adalah ibuku setelah ibuku. Dialah satu-satunya yang tersisa dari keluargaku.” (HR. Ibnu Sa‘ad)
Betapa mulianya posisi Ummu Aiman, hingga Nabi sendiri menempatkannya sebagai keluarga.
Cintanya kepada Nabi ﷺ tidak berhenti di rumah. Dalam Perang Uhud, saat banyak sahabat terluka, Ummu Aiman justru maju. Ia membawa air untuk para pejuang, menyeka darah mereka, dan memberi semangat agar tetap teguh.
Ketika musuh mendekat, wanita tua itu tidak gentar. Ia mengambil batu, melemparkannya, lalu berteriak lantang: “Menjauhlah dari kekasih Allah!”
Ia tidak memiliki pedang, tidak berbaju besi, tetapi keberaniannya membuat musuh segan. Bukan prajurit di garis depan, namun cintanya menjadikannya lebih tangguh daripada seribu tentara.
Kisah Ummu Aiman memberi pelajaran bahwa cinta sejati bukan sekadar ikatan darah, melainkan ketulusan hati. Ia membuktikan bahwa pengabdian yang lahir dari iman akan selalu dikenang.
Hari ini, kita mungkin tidak bisa mendampingi Rasulullah ﷺ secara langsung. Namun, kita bisa meneladani cintanya: dengan menjaga ajaran beliau, mendidik anak dengan akhlak Islam, serta berkorban demi kebaikan umat.
Sesungguhnya, di setiap hati yang ikhlas, ada jejak Ummu Aiman, ibu tanpa darah, penjaga Rasulullah ﷺ.
✍️ Penulis: Muchyani, S.Pd.
Kepala MI Terpadu Logaritma Sempor
Baca Artikel lainnya,
© 2025
Departemen Media dan Publikasi
YAYASAN BINA INSANI KEBUMEN
Leave a Comment