Oleh Mustika Aji
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) itu niatnya baik, tapi praktik di lapangan tidak selalu mulus. Kadang enak, kadang hambar; kadang bersih, kadang bikin ragu; kadang pakai bahan lokal, kadang malah belanja dari luar daerah. Dan yang paling tahu kenyataan itu bukan laporan resmi tapi siswa sendiri. Di sinilah OSIS harus tampil sebagai garda depan: jujur, kritis, dan peduli.
OSIS bukan sekadar panitia seremoni. Mereka calon pemimpin. Mereka makan, mereka melihat, mereka merasakan. Mereka tidak cuma duduk manis menerima jatah. Ini OSIS yang nalar kritisnya hidup dan empatinya tidak mati. Karena itu mereka harus berperan sebagai penjaga mutu MBG sekaligus penjuru bahan pangan lokal.
Tugasnya sederhana tapi menentukan: memastikan menu layak dimakan, rasanya tidak menyiksa, kebersihan terjaga, dan yang sering dilupakan bahannya tetap berpihak pada petani sekitar. Program sebesar MBG gampang terjebak pada kenyang dulu, keberpihakan menyusul. Kalau bahan lokal dibiarkan tersisih, petani tetap jadi penonton walaupun dapur tampak sibuk setiap hari.
Survei OSIS: Cepat, Ringkas, Digital
Metode pengawasan tidak perlu ribut.
Cukup survei mingguan berbasis HP memakai Google Form atau aplikasi sederhana. OSIS keliling kelas 5–10 menit sebelum pulang, minta ketua kelas membagikan link, dan pastikan minimal 10–15 siswa mengisi.
Isi survei singkat namun langsung ke sasaran:
1. Rasa makanan (1–5)
2. Kebersihan makanan (1–5)
3. Variasi menu (1–5)
4. Layanan penyajian (1–5)
5. Apakah bahan lokal dipakai minggu ini? (sering / jarang / tidak tahu)
6. Satu komentar paling penting minggu ini
Karena digital, rekap otomatis. Tidak perlu hitung manual. Tren langsung kelihatan: rasa naik atau turun, kebersihan stabil atau goyah, dan apakah dapur benar setia pada bahan lokal atau mulai malas.
Data Harus Berujung Pada Aksi
Data tanpa tindakan itu sekadar dekorasi. Karena itu OSIS wajib membuat ringkasan satu halaman setiap minggu, berisi:
1. Temuan utama
2. Tiga suara siswa yang paling sering muncul
3. Dua rekomendasi konkret untuk minggu berikutnya
Laporan diberikan ke kepala sekolah dan pengelola MBG. Dapur wajib mengumumkan dua perbaikan tiap minggu misalnya menambah porsi sayur, memperbaiki kebersihan alat, atau mengganti bahan non-lokal dengan produk desa. Minggu berikutnya, OSIS cek lagi: perbaikan nyata atau cuma janji.
Program MBG hanya adil kalau dua pihak untung: siswa yang makan dan petani yang menanam. OSIS adalah jembatan yang memastikan keduanya dihargai. Mereka mungkin belum ahli gizi, tapi mereka ahli kejujuran and that’s enough untuk menjaga MBG tetap di jalur yang berpihak, bukan sekadar berpesta anggaran.
Penulis: Mustika Aji, S.Pd.
(Aktivis dan Tokoh Masyarakat Kebumen)
Baca Artikel lainnya,
Leave a Comment