School Info
Tuesday, 26 Aug 2025
  • 🕌 Kami segenap Tim Departemen Media & Publikasi Yayasan Bina Insani Kebumen mengucapkan: "Selamat Tahun Baru Islam 1447 Hijriah"🌙✨ - Semoga tahun baru ini menjadi momentum hijrah menuju pribadi yang lebih taat, lebih kuat iman dan ukhuwah, serta diberi keberkahan dalam setiap langkah dan amal... Amiin. 🌸
  • 🕌 Kami segenap Tim Departemen Media & Publikasi Yayasan Bina Insani Kebumen mengucapkan: "Selamat Tahun Baru Islam 1447 Hijriah"🌙✨ - Semoga tahun baru ini menjadi momentum hijrah menuju pribadi yang lebih taat, lebih kuat iman dan ukhuwah, serta diberi keberkahan dalam setiap langkah dan amal... Amiin. 🌸
7 March 2025

Aisyah, Ibu 12 Anak yang Sukses Meraih Gelar Sarjana

Fri, 7 March 2025 Read 281x Berita Viral / Pendidikan

GOMBONG, binainsani.or.id – Siapa bilang ibu rumah tangga tak bisa meraih impian? Aisyah, seorang ibu dengan 12 anak, membuktikan bahwa pendidikan tidak mengenal batas usia.

Aisyah berasal dari Desa Kedungpuji, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen. Ia adalah istri dari Sugeng Kuwatno, seorang Ketua RT yang selalu mendukung perjuangannya dalam menuntut ilmu.

Keinginannya untuk kuliah kembali muncul dari keyakinan bahwa pendidikan sangat penting, terutama bagi seorang ibu. “Saya selalu ingin menuntut ilmu. Meskipun usia sudah tidak muda, saya yakin belajar itu tidak ada batasnya,” ujarnya saat diwawancarai.

Perjuangannya tidak mudah. Aisyah harus membagi waktu antara mengurus anak-anak dan menyelesaikan tugas kuliah. Terkadang ia harus belajar di tengah malam atau sambil mengasuh anak-anaknya.

Dukungan keluarga menjadi kekuatan terbesar dalam perjalanannya. Suaminya selalu menyemangatinya, sementara anak-anaknya bangga melihat perjuangan sang ibu dalam menuntut ilmu. “Mereka sering membantu dan bahkan mengingatkan saya kalau ada tugas kuliah,” katanya sambil tersenyum.

Tantangan terbesar yang dihadapi adalah membagi perhatian antara kuliah dan keluarga. Tak jarang, ia mengikuti kelas daring sambil menemani anak-anak belajar atau memasak untuk keluarga. “Saya harus pintar membagi waktu agar semuanya tetap berjalan,” ungkapnya.

Meski menghadapi banyak tantangan, Aisyah tak pernah kehilangan semangat. Ia berusaha menikmati setiap prosesnya dan meyakini bahwa perjuangannya ini akan membawa manfaat besar, baik bagi dirinya, keluarganya serta masyarakat luas yang terinspirasi oleh perjuangannya.

Dosen dan teman-temannya di kampus juga memberikan dukungan besar. Mereka kagum dengan kegigihannya dan sering membantunya dalam perkuliahan. Teman-teman kuliah yang lebih muda mengaku banyak belajar dari semangat dan kegigihan Aisyah dalam menuntut ilmu.

Namun, ada masa-masa ketika ia merasa hampir menyerah. Kesibukan rumah tangga yang padat ditambah dengan tugas-tugas kuliah yang menumpuk membuatnya merasa kewalahan. Tapi ia selalu mengingat tujuannya dan memilih untuk terus melangkah.

Saat akhirnya dinyatakan lulus, Aisyah merasa begitu bahagia dan terharu. Semua perjuangan yang ia lalui seakan terbayar lunas. “Wisuda ini bukan hanya kebahagiaan saya, tetapi juga untuk suami dan anak-anak saya,” ucapnya penuh rasa syukur.

Baginya, meraih gelar sarjana bukan sekadar pencapaian pribadi, tetapi juga teladan bagi anak-anaknya. Ia ingin menunjukkan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan, tidak peduli dalam kondisi apa pun.

Setelah lulus, Aisyah tidak ingin berhenti di sini. Ia bercita-cita untuk berbagi kisahnya kepada banyak orang, terutama kepada para ibu rumah tangga yang ingin melanjutkan pendidikan namun ragu untuk memulainya.

Ia ingin menyampaikan bahwa setiap perempuan, terutama seorang ibu, dapat terus belajar dan berkembang tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai istri dan ibu. “Jangan takut untuk bermimpi. Jika kita bersungguh-sungguh, pasti ada jalan,” tuturnya penuh semangat.

Aisyah juga berpesan, “Bagi teman-teman kalau mau kuliah, harus diluruskan niatnya untuk apa. Kalau kita sudah cinta ilmu maka tidak ada suatu yang berat, semua dapat dijalani dengan keikhlasan dan kesenangan.”

Yang paling berkesan bagi Aisyah selama kuliah adalah ilmu yang ia peroleh. “Saya mendapatkan ilmu yang tidak mungkin saya dapatkan kalau saya tidak kuliah,” katanya penuh rasa syukur.

Bagi Aisyah, menyerah bukan pilihan. Justru, ia semakin bersemangat untuk terus belajar. “Kalau untuk menyerah, saya tidak pernah sama sekali merasa ingin menyerah. Saya justru kalau ada biaya, saya pingin lanjut S2,” ujarnya dengan penuh tekad.

Tak hanya mengurus keluarga dan menyelesaikan pendidikannya, Aisyah juga aktif mengajar di Pondok Pesantren Daaruth Thoyyibah SMPIT Logaritma Karanganyar. Baginya, berbagi ilmu adalah bagian dari perjalanan belajarnya yang tidak akan berhenti di satu titik.

Kisah Aisyah adalah bukti nyata bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk mencapai impian. Dengan ketekunan, dukungan keluarga, dan semangat yang tak pernah padam, ia berhasil membuktikan bahwa seorang ibu bisa tetap menuntut ilmu dan meraih sukses.

Aisyah yang lahir pada 6 Juli 1974, kini berusia 50 tahun. Ia berharap kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia percaya bahwa pendidikan bukan hanya hak generasi muda, tetapi juga hak setiap orang yang ingin terus berkembang dan memperbaiki hidup. (sfd/ny/aq)

© 2025

Departemen Media dan Publikasi

YAYASAN BINA INSANI KEBUMEN


This article have

0 Comment

Leave a Comment