School Info
Tuesday, 30 Sep 2025
  • 🕌 Kami segenap Tim Departemen Media & Publikasi Yayasan Bina Insani Kebumen mengucapkan: "Selamat Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriah" 🌙✨ Semoga dengan memperingati Maulid Nabi, kita semakin meneladani akhlak mulia Rasulullah SAW, memperkuat iman dan ukhuwah, serta senantiasa mendapatkan keberkahan dalam setiap langkah dan amal. Aamiin. 🌸
  • 🕌 Kami segenap Tim Departemen Media & Publikasi Yayasan Bina Insani Kebumen mengucapkan: "Selamat Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriah" 🌙✨ Semoga dengan memperingati Maulid Nabi, kita semakin meneladani akhlak mulia Rasulullah SAW, memperkuat iman dan ukhuwah, serta senantiasa mendapatkan keberkahan dalam setiap langkah dan amal. Aamiin. 🌸
25 September 2025

Makan Bergizi Ala MI Logaritma: “Murah, Sehat, dan Guyub”

Thu, 25 September 2025 Read 529x Artikel
18
0
Share this post

oleh: Mustika Aji
Sebuah Praktik Baik dari Sekolah yang Mengutamakan Kebersamaan

Di banyak tempat, program makan bergizi di sekolah kerap jadi bahan perdebatan. Anggarannya besar, administrasinya rumit, pemberitaannya pun sering penuh kontroversi. Namun, di MI Logaritma praktiknya justru berjalan sederhana, murah, dan penuh kebersamaan.

Sejak lama, sekolah ini membiasakan anak-anak tidak hanya belajar ilmu di kelas, tetapi juga menjalani pola hidup sehat dan mandiri. Setiap hari mereka mendapat kudapan pagi, makan siang, dan waktu tidur siang.

Bagi orang tua, kepastian anak makan dengan baik di sekolah jelas menenangkan. Bagi anak-anak, itu adalah bagian dari pendidikan karakter: belajar makan sehat, belajar mandiri, dan belajar hidup bersama.

Menu Disepakati Bersama, Dipandu oleh Ahli Gizi

Urusan makan tidak diputuskan sepihak oleh sekolah. Semua menu disusun bersama para wali murid dengan panduan dari ahli gizi. Jadi, standar kesehatannya terjaga, tetapi tetap fleksibel dengan selera lokal. Anak-anak pun mendapat variasi makanan yang seimbang: ada karbohidrat, lauk berprotein, sayur, buah, hingga camilan sehat.

Karena wali murid terlibat langsung dalam penyusunan menu, mereka merasa memiliki program ini. Tidak ada cerita keberatan atau ketidakpuasan yang berlarut-larut. Kalaupun ada masakan yang dirasa kurang pas, cukup dibicarakan dengan santai di antara mereka. Semua selesai dengan musyawarah, tanpa perlu ribut.

Dimasak Wali Murid, Bergiliran Sesuai Jadwal

Yang lebih unik, dapurnya bukan dari vendor luar. Para wali murid sendiri yang masak. Banyak di antara mereka memiliki usaha katering atau memang ahli memasak. Maka, dibuatlah jadwal bergiliran: setiap hari ada kelompok wali murid yang bertugas menyediakan makanan.

Sistem ini bukan hanya menghemat biaya, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan. Orang tua merasa berkontribusi nyata, bukan sekadar membayar iuran. Ada kebanggaan tersendiri saat anak-anak makan masakan orang tuanya. Begitu pula sebaliknya, mereka belajar menghargai peran orang tua temannya.

Prasmanan dan Mencuci Piring Sendiri: Pendidikan Karakter Sejak Dini

Di sekolah ini, makan bukan sekadar makan. Sistemnya prasmanan: anak-anak mengambil makanan sendiri sesuai kebutuhan. Setelah selesai, mereka diajarkan membersihkan piring dan peralatan makannya masing-masing.

Hal sederhana ini mendidik anak-anak untuk mandiri, tidak bergantung pada orang lain, dan belajar bertanggung jawab terhadap kebersihan. Nilai-nilai ini justru sejalan dengan tujuan pendidikan karakter yang kerap didengungkan, tetapi jarang dipraktikkan secara nyata.

Guru-guru pun ikut makan dengan menu yang sama. Tidak ada jarak, tidak ada menu khusus. Semua duduk bersama, menikmati makanan yang sama, dan merasakan kebersamaan yang tumbuh di ruang makan sekolah.

Murah, Jauh di Bawah Anggaran Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

Inilah bagian yang sering membuat orang terkejut: biaya snack pagi dan makan siang hanya Rp7.000 per anak per hari. Angka ini bahkan tidak sampai separuh dari anggaran Program MBG (Makan Bergizi Gratis) yang ramai diperbincangkan di tingkat nasional.

Dengan gotong royong, ternyata biaya bisa ditekan drastis tanpa mengurangi kualitas. Sebaliknya, karena dikelola langsung oleh orang tua, kualitas makanan lebih terjaga dan sesuai dengan kebutuhan anak. Transparansi pun otomatis tercipta: wali murid tahu persis berapa biaya, menu apa yang disediakan, dan siapa yang masak.

Guyub, Lancar, dan Jauh dari Polemik

Program makan siang bersama di MI Logaritma sudah berjalan lama dengan rukun dan lancar. Tidak ada drama, tidak ada keributan. Semua berangkat dari kesadaran bersama: anak-anak butuh makan sehat, dan itu tanggung jawab bersama.

Anehnya, di luar sana program serupa justru sering terdengar rumit dan penuh masalah. Anggaran besar, administrasi berlapis, bahkan tak jarang jadi bahan polemik politik. Heran juga, mengapa hal yang sederhana bisa dibuat begitu ruwet?

Di MI Logaritma, jawabannya jelas: kuncinya partisipasi dan gotong royong. Saat orang tua diberi ruang untuk terlibat, ketika sekolah membuka pintu untuk kebersamaan, program berjalan mulus tanpa beban birokrasi.

Belajar dari MI Terpadu Logaritma Sempor

Pengalaman Madrasah Ibtidaiyah (MI) Terpadu Logaritma Sempor, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, berhasil membuktikan bahwa program makan bergizi di sekolah tidak harus mahal, tidak harus rumit, dan tidak harus menimbulkan keributan.

Dengan biaya Rp7.000 per anak per hari, anak-anak dapat makan sehat, guru turut merasakan kebersamaan, dan orang tua merasa terlibat nyata.

Mungkin, inilah yang perlu dilihat lebih luas: keberhasilan sebuah program bukan terletak pada besar kecilnya anggaran, tetapi pada cara mengelola dan melibatkan masyarakat. Kalau di MI Logaritma bisa sederhana, sehat, murah, dan guyub, mengapa di tempat lain harus ruwet?


✍️ Penulis: Mustika Aji, S.Pd.
(Aktivis dan Tokoh Masyarakat Kebumen)

Baca Artikel lainnya,

© 2025

Departemen Media dan Publikasi

YAYASAN BINA INSANI KEBUMEN


Share this post
This article have

0 Comment

Leave a Comment