oleh : Mustika Aji
Sekolah hebat itu bukan cuma mencetak “anak pintar”. Paradigma itu sudah usang. Sekolah hebat adalah yang mampu membentuk cara pandang hidup (worldview) yang membuat anak berdiri tegak menghadapi zaman, bukan hanyut. Dan mari jujur: banyak sekolah hari ini hanya memindahkan konten tanpa membangun kerangka berpikir. Akibatnya, anak lulus dengan otak penuh, tetapi kepala kosong arah.
Inilah yang harus dilakukan sekolah yang benar. Pertama, sekolah harus mengajarkan cara melihat dunia, bukan sekadar materi. Anak harus paham mengapa sesuatu penting, bukan cuma apa materinya, karena tanpa itu mereka hanya menjadi mesin ujian. Sekolah wajib menanamkan kemampuan membaca realitas, berpikir sebab–akibat, menimbang kebenaran, dan mengambil keputusan yang bermartabat. Semua ini adalah dasar worldview yang membuat anak tidak mudah digiring propaganda, tren, atau budaya instan.
Kedua, sekolah harus mampu menautkan nilai, ilmu, dan kehidupan nyata. Ilmu tanpa nilai itu liar, sementara nilai tanpa ilmu itu tumpul. Keduanya harus dipadukan agar anak paham bahwa matematika melatih ketegasan, IPA menanamkan sikap ilmiah, IPS mengajarkan keadilan sosial, dan agama membangun kompas moral. Inilah yang membuat anak memiliki kerangka etis dalam melihat hidup, bukan sekadar kumpulan pengetahuan acak.
Ketiga, karakter harus ditempa di tengah situasi nyata. Karakter tidak lahir dari ceramah, tapi dari benturan dan pilihan. Karena itu, sekolah harus memberi masalah nyata, peran nyata, proyek sosial nyata, dan tanggung jawab nyata. Tanpa itu, anak hanya menjadi “penonton hidup”.
Keempat, sekolah harus mengajarkan kemanusiaan dan keberpihakan. Sekolah yang benar tidak netral terhadap ketidakadilan. Ia mengajarkan anak untuk berpihak pada kebenaran, pada yang lemah, yang terpinggirkan, dan mereka yang tidak punya suara. Dengan begitu, anak tumbuh dengan kerangka hidup yang peduli, bukan mental kompetisi buas.
Kelima, sekolah perlu menyadarkan anak bahwa hidup itu panggilan, bukan perlombaan. Banyak sekolah memprogram anak seperti atlet olimpiade: kejar ranking, lomba, dan sertifikat. Padahal hidup adalah panggilan tentang apa peranmu bagi kemanusiaan. Anak perlu menemukan jalan hidup, misi pribadi, kontribusi sosial, dan alasan ia hadir di muka bumi. Itulah inti pendidikan sejati.
Kesimpulan pedasnya, jika sekolah hanya mengejar nilai, ranking, dan akreditasi, maka sekolah tersebut baru menjadi pabrik lulusan, belum pendidikan. Sebaliknya, sekolah yang membentuk pandangan hidup akan melahirkan anak yang tidak mudah dikibuli, tidak mudah digiring pasar, tidak kehilangan jati diri, tidak menjadi peniru buta budaya asing, dan tidak tumbuh menjadi “orang besar tapi kosong”.
Itulah sekolah yang pantas disebut sekolah yang mencerdaskan akal, menegakkan nilai, dan menguatkan jati diri.
——————————————————————————————————————–
Penulis: Mustika Aji, S.Pd.
(Aktivis dan Tokoh Masyarakat Kebumen)
Baca Artikel lainnya,
Leave a Comment